Dalam rentan 33 tahun tersebut pula Asshiddiqiyah tetap Istiqomah menjadi Pondok Pesantren pemersatu umat dan bangsa. Asshiddiqiyah mampu menempatkan diri sebagai oase Kesejukan dan kedamaian di tengah gersangnya kehidupan politik, ekonomi dan keamanan serta aspek lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesantren yang menggabungkan antara sistem modern tanpa melupakan unsur-unsur tradisi ini tetap eksis mencetak kader-kader ulama, pengusaha, pejabat, militer dan ilmuan-ilmuan di berbagai disiplin keilmuan. Nampaknya Pesan dari Sub Keilmuan Ushul Fiqh masih terus dipegang teguh oleh Asshiddiqiyah dari masa ke masa dalam rangka menggerakkan sistem dan kehidupan kepesantrenan
المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ
Senantiasa Menjaga Tradisi-tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik.
Di era serba teknologi informasi Asshiddiqiyah menyesuaikan diri dengan melaksanakan kurikulum pendidikan sesuai dengan garis yang telah ditentukan pemerintah. Mulai melaksanakan Ujian Nasional berbasis komputer (CBT) dan terus meningkatkan fasilitas pendukung penerapan teknologi informasi dalam dunia pesantren. Baik pusat maupun cabang, terus berbenah membangun dan memperbaiki Laboratorium-laboratorium bahasa, komputer, kimia, fisika dan biologi dalam rangka menyiapkan lulusan-lulusan yang handal dan tangkas sesuai perkembangan zaman dewasa ini.
Di tengah usaha memperbaiki sistem teknologi informasi pesantren, para Kyai, Guru, Asatid dan civitas akademika Asshiddiqiyah dengan sabar senantiasa menerapkan tradisi-tradisi lama kepesantrenan yang sampai kapanpun akan terus dijalankan sebagai salah satu kekhasan dunia salaf pesantren. Tidak heran hiruk-pikuk para santri dalam melantunkan Nadzom-Nadzom masih terus terdengar hingga kini di Seluruh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Kitab-kitab kuning mulai Fiqh paling dasar seperti Safinah hingga yang atas seperti Kifayatul Akhyar masih dengan mudah dapat kita temui sebagai kajian di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Madrasah Diniyah sebagai warna khas pendidikan salaf terus ditingkatkan mutu pembelajarannya hingga kini. Pendidikan ruhaniyah juga senantiasa dijaga dan mengalir dalam darah para santri sebagai kebiasaan Sehari-hari yang sudah melekat dan tidak bisa dipisahkan. Seperti Tahajjud, Istighosah, Dhuha, Awrod, Nariyah, Puasa Daud dan Senin Kamis terus menerus dilakukan sebagai ruh pesantren.
Adalah yang tidak kalah penting soal pendidikan akhlak dan karakter juga menjadi fokus Pesantren dalam melahirkan Alumni-alumni yang bukan sekedar pintar namun juga berjiwa benar sesuai dengan nama dari Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Budaya keteladanan dan sikap uswah dengan mudahnya didapati dan ditiru dari tiap gerak-gerik Kyai dan para guru. Ini merupakan sebuah bekal mendasar bagi siapapun yang merupakan santri dan alumni Asshiddiqiyah. Bahwa, keilmuan saja tak akan cukup sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Toh, kita dapat saksikan betapa banyak orang yang pintar namun dengan kepintarannya justru 'memintari' banyak orang sehingga kepintarannya bukan membawa maslahat justru mudhorot untuk masyarakat.
Pesantren-pesantren cabang juga pada masanya kini terus menunjukkan kualitas dan warna kekhasannya masing-masing. Batuceper sebagai salah satu cabang yang berada di kawasan metropolitan terus mengistiqomahkan diri dalam mencetak generasi-generasi Qur'ani yang bukan sekedar hafal Qur'an namun juga berjiwa Al-Qur’an. Karawang dengan warna pendidikan tinggi dan dakwahnya terus merangkul umat menempatkan di sebagai sebuah telaga keilmuan di tengah masyarakat Jawa Barat yang sangat Plural. Cianjur dan Cijeruk dalam kapabilitasnya sebagai pesantren berbasis perkebunan dan agraria terus memperlihatkan kemajuannya sebagai pesantren yang mandiri dan berkualitas. Begitupun dengan seluruh cabang lain baik yang di Jawa dan Luar Jawa. Ditambah Pondok-pondok alumni yang terus berkembang yang kini jumlahnya sudah seratusan lebih.
Pada akhirnya kita hanya mampu berikhtiar dan terus berdo'a kepada Allah Ta'ala agar senantiasa melimpahkan Keberkahannya untuk pesantren kita tercinta. Bil Khusus memberikan panjang umur dan kesehatan yang sempurna kepada Orang Tua Kita Ayahanda. Romo. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Semoga di usia 33 Tahun ini, semakin banyak generasi-generasi emas yang dilahirkan dari rahim Asshiddiqiyah untuk berbakti kepada masyarakat dan negara serta membawa kemanfaatan untuk semua. Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.
Selamat Hari Lahir Oh Pondokku
Semoga Engkau Tetap dalam Jiwaku