Berita

Berita dan Informasi Kepesantrenan

(3 votes)

Oleh-oleh Majlis Zikir: Kisah Baginda Nabi dan Kaum di Balik Jabal Qaf Featured

January 18, 2022

Ketika sampai pada penafsiran surat Yasin ayat 36:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَزْوَٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ

Ada sebuah kisah yang sangat menarik untuk kita renungi bersama. Cerita rasul di malam setelah pulang kembali dari Isra Mi'raj. Beliau bersabda bahwa Beliau melihat sebuah Kota kecil nan Indah. Tanahnya berdebu putih seperti perak. Berkilau seperti cermin kaca. Kota itu hunian bagi manusia seperti umumnya. Orang-orang yang ada di dalamnya tidak mengenal siapapun selain kaumnya sendiri dan orang-orangpun tidak mengenali mereka. Mereka berada di belakang Gunung Qof, sebuah gunung yang begitu misterius namun kita yakini bersama keberadaannya.

Tatkala penghuni Kota itu melihat Baginda Nabi, mereka bersyukur seraya berkata:
الحمدالله اللذي ارانا وجهك يا محمد
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami nikmat bisa melihat wajahmu, Wahai Nabi Muhammad.

Mereka kemudian menyatakan keimanannya kepada Baginda Nabi, Lalu diajarkan kepada mereka hukum-hukum syari’at Allah. Lalu aku bertanya kepada Mereka: “siapakah kalian ini?”. “Kami adalah kaum Bani Israil”. Jawab mereka. “Tapi kenapa hidup di tempat ini?” Tanya Baginda.

Mereka mulai bercerita. “Ketika Nabi Musa wafat, terjadi perselisihan dan konflik di antara Kaum Bani Israil. Kekacauan terjadi di mana-mana. Mereka membunuh semua ulama. Demi menyelamatkan diri, kami berusaha keluar dari daerah kami hingga kami sampai di pesisir pantai.

Mereka melanjutkan: Kami bingung hendak bersembunyi di mana lagi. Di depan lautan menghadang, di belakang Kaum Bani Israil memandang tuk menyerang. Saat kebingungan itulah, kami berdoa kepada Allah agar menyelamatkan kami dari ancaman Bani Israil.

Tiba-tiba saja, tanah yang kami berada di atasnya, amblas. Anehnya, kami merasa di ruangan bawah tanah yang pengap. Selama delapan belas bulan kami hidup dalam ruangan bawah tanah. Sebelum kemudian kami menemukan celah untuk keluar. Dan tibalah kami di tempat ini. Namun sebelum Nabi Musa wafat, Beliau berwasiat. Agar menyampaikan salam takdzhimnya kepadamu wahai Nabi Muhammad.”. Mereka kemudian mengakhiri ceritanya.

Lepas mereka berkisah Baginda Nabi mengajukan beberapa pertanyaan. Nabi lalu bertanya dengan pertanyaan:” Aku melihat rumah kalian tidak ada pintunya, kenapa?

Mereka menjawab:” Kami walaupun bukan saudara, tapi kami seperti saudara. Hati dan jiwa kami terpatri dalam satu perasaan yang sama. Kami tidak pernah khawatir akan terjadi tindak kejahatan di antara satu dengan yang lain.

Kenapa rumah ibadah kalian bangun jauh dari rumah rumah kalian? Tanya Baginda Nabi. Dalam keyakinan kami, seseorang yang mendatangi rumah ibadah dari tempat yang jauh, akan mendapatkan pahala yang jauh lebih banyak dari pada seseorang yang mendatangi rumah ibadah dari tempat yang dekat. Jawab mereka.

Baginda Nabi melanjutkan, Aku melihat kuburan di tempat ini sangat dekat dengan rumah-rumah penduduk, bahkan, ada di depan pintu rumah mereka? Tanya Baginda Nabi. “Agar kami setiap saat dapat melihat kuburan itu, hingga kami tidak disibukkan lagi dengan dunia dan melupakan kematian,” jawab mereka.

“Kenapa penduduk kota ini jarang tertawa terbahak-bahak?” Baginda Nabi kembali bertanya. “Bagi kami tertawa terbahak-bahak hanya akan membuat hati kami menjadi gelap gulita. Oleh karena itu kami tidak pernah tertawa terbahak-bahak,” itulah jawaban mereka.

Baginda Nabi kembali bertanya: Apakah penduduk kota ini ada yang terserang penyakit? Penyakit itu penebus dosa, kami tidak pernah melakukan dosa. Apakah kalian bercocok tanam? Ya, Wahai Rasul, namun kami mendatangi sawah kami saat tanam saja. Sehabis itu, kami biarkan tanaman kami, kami pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Saat panen tiba, baru kami ramai-ramI mendatangi sawah kami.

Tanpa perlu dijelaskan kembali cerita tersebut sangatlah mengandung banyak hikmah dan pelajaran, dan memang begitulah salah satu hikmah perjalanan Isra Miraj Baginda Nabi, yakni banyak memberikan tamsil atau contoh kepada kita semua.

Dari kisah tersebut kita banyak mengambil faidah di antaranya soal kepasrahan kepada Allah Ta'ala, mengingat mati, saling percaya, menjauhkn diri dari perbuatan dosa, bergiat dalam melakukan ibadah dan hikmah lainnya. Mudah-mudahan kita senantiasa dapat mengambil pelajaran dari tiap kisah yang kita baca dan saksikan.

 

-------
Disarikan dari Pengajian Kitab Hamami Yasin bersama KH. Muhammad Ulil Abshor, Al-Hafidz dalam Majlis Zikir Bulanan.

Read 11792 times Last modified on Wednesday, 02 March 2022 12:03

Cari

Pengunjung

17384055
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
3805
17314953
266477
17384055

Your IP: 216.73.216.97
2025-11-02 03:50

Instagram